Blogroll

Sifat-Sifat Operasi Himpunan

Sifat-Sifat Operasi Himpunan - Selamat Datang Di Kumpulan Materi Matematika SMP,SMA,SMK sebagai media pembelajaran sobat semua, Pada sharing Materi Matematika kali ini yang berjudul Sifat-Sifat Operasi Himpunan, akan kami sampaikan secara lengkap dan lugas sesuai kebutuhan pembelajaran anda. mudah-mudahan isi postingan materi matematika yang saya tulis ini dapat anda pahami. okelah, ini dia pembahasannya.

Materi :
judul : Sifat-Sifat Operasi Himpunan

Sifat-Sifat Operasi Himpunan

Sifat-Sifat Operasi Himpunan



Jika pada topik sebelumnya kamu telah belajar tentang operasi yang berlaku pada himpunan, maka pada topik kali ini kamu akan belajar tentang sifat-sifat operasi himpunan.

A. Ketertutupan



Sifat ketertutupan pada operasi himpunan mempunyai makna bahwa hasil dari pengoperasian dua atau lebih himpunan menghasilkan satu penyelesaian berupa himpunan.


B. Sifat Komutatif



Sifat komutatif pada operasi himpunan hanya berlaku pada operasi irisan dan gabungan, yaitu A ∩ B = B ∩ A dan A ∪ B = B ∪ A.

Contoh:

Diketahui dua himpunan A = {3, 4, 5, 6} dan B = {2, 3, 4}.
Tunjukkan bahwa A ∩ B = B ∩ A dan A ∪ B = B ∪ A.

Penyelesaian:

A ∩ B = B ∩ A
Perhatikan anggota-anggota pada himpunan A dan B. Anggota A ∩ B merupakan persekutuan dari anggota pada himpunan A dan himpunan B. Anggota himpunan A yang terdapat di himpunan B adalah 3, 4. Dengan demikian, A ∩ B = {3,4}. Selanjutnya, kita tentukan B ∩ A. Anggota di himpunan B yang terdapat di himpunan A adalah 3, 4. Dengan demikian, B ∩ A = {3, 4}. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa A ∩ B = B ∩ A.
A ∪ B = B ∪ A
Untuk menentukan A ∪ B, kamu dapat menuliskan kembali semua anggota A dan B, yaitu 3, 4, 5, 6, 2, 3, 4. Oleh karena ada dua nilai yang sama untuk 3 dan 4, maka dapat ditulis satu kali saja, sehingga A ∪ B = {2, 3, 4, 5, 6}. Begitu pula untuk menentukan B ∪ A. Dengan menuliskan kembali semua anggota B dan A dengan anggota yang sama ditulis satu kali, yaitu 2, 3, 4, 5, 6, sehingga diperoleh B ∪ A = {2, 3, 4, 5, 6}. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa A ∪ B = B ∪ A.


C. Sifat Asosiatif



Sifat asosiatif pada operasi himpunan hanya berlaku pada operasi irisan dan gabungan, yaitu(A ∩ B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C) dan (A ∪ B) ∪ C = A ∪ (B ∪ C).

Contoh:

Diketahui A = {p, q, r, s}, B = {r, s, t} dan C = {q, r, s}.
Tunjukkan bahwa (A ∩ B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C) dan (A ∪ B) ∪ C = A ∪ (B ∪ C).

Penyelesaian:

(A ∩ B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C)
Anggota himpunan A yang juga terdapat di himpunan B adalah r, s, sehingga diperoleh A ∩ B = {r, s}. Adakah anggota himpuanan C yang sama dengan anggota di A ∩ B? Ternyata ada yaitu r, s. Dengan demikian, (A ∩ B) ∩ C = {r, s}. Selanjutnya, perhatikan anggota himpunan B yang terdapat di himpunan C yaitu r, s, sehingga B ∩ C = {r, s}. Amati anggota himpunan A yang terdapat di himpunan B ∩ C yaitu r, s, sehingga (A ∩ B) ∩ C = {r, s}. Dengan demikian dapat ditunjukkan bahwa (A ∩ B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C).
(A ∪ B) ∪ C = A ∪ (B ∪ C)
Kita tentukan dahulu (A ∪ B) ∪ C.
(A ∪ B) ∪ C = ({p, q, r, s} ∪ {r, s, t}) ∪ {q, r, s}
(A ∪ B) ∪ C = {p, q, r, s, t} ∪ {q, r, s}
(A ∪ B) ∪ C = {p, q, r, s, t}
Kemudian, kita tentukan A ∪ (B ∪ C).
A ∪ (B ∪ C) = {p, q, r, s} ∪ ({r, s, t} ∪ {q, r, s})
A ∪ (B ∪ C) = {p, q, r, s} ∪ {q, r, s, t}
A ∪ (B ∪ C) = {p, q, r, s, t}
Dengan demikian, dapat ditunjukkan bahwa (A ∪ B) ∪ C = A ∪ (B ∪ C).


D. Sifat Distributif



Sifat distributif pada operasi himpunan hanya berlaku pada operasi irisan dan gabungan, yaituA ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C) dan A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C).

Contoh:

Diketahui himpunan A = {1, 2, 3, 4, ..., 10}, B = {2, 4, 6, 8, 10} dan C = {1, 3, 5, 7, 9}. Tunjukkan bahwa A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ B).

Penyelesaian:

Langkah pertama, tentukan hasil dari A ∩ (B ∪ C).
A ∩ (B ∪ C) = {1, 2, 3, 4, ..., 10} ∩ ({2, 4, 6, 8, 10} ∪ {1, 3, 5, 7, 9})
A ∩ (B ∪ C) = {1, 2, 3, 4, ..., 10} ∩ {1, 2, 3, 4, ..., 10}
A ∩ (B ∪ C) = {1, 2, 3, 4, ..., 10}
Langkah kedua tentukan hasil dari (A ∩ B) ∪ (A ∩ C).
(A ∩ B) = {1, 2, 3, 4, ..., 10} ∩ {2, 4, 6, 8, 10}
(A ∩ B) = {2, 4, 6, 8, 10}
(A ∩ C) = {1, 2, 3, 4, ..., 10} ∩ {1, 3, 5, 7, 9}
(A ∩ C) = {1, 3, 5, 7, 9}
(A ∩ B) ∪ (A ∩ C) = {2, 4, 6, 8, 10} ∪ {1, 3, 5, 7, 9}
(A ∩ B) ∪ (A ∩ C) = {1, 2, 3, 4, ..., 10}
Dengan membandingkan hasil akhir langkah pertama dan kedua, dapat ditunjukkan bahwa A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ B).


E. Sifat Identitas



Sifat identitas yang berlaku pada operasi irisan dan gabungan antara lain:
1. A ∩ ∅ = ∅
2. A ∩ S = A
3. A ∪ ∅ = A
4. A ∪ S = S

Contoh:

Diketahui S = himpunan bilangan asli kurang dari 10 dan J = {2, 3, 5, 7}. Tentukan:
a. J ∩ ∅
b. J ∩ S
c. J ∪ ∅
d. J ∪ S

Penyelesaian:

S = himpunan bilangan asli kurang dari 10 maka S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}
a. J ∩ ∅ = {2, 3, 5, 7} ∩ { } ( Ingat irisan dua himpunan didapat dengan mencari anggota yang sama)
J ∩ ∅ = ∅
b. J ∩ S = {2, 3, 5, 7} ∩ {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}
J ∩ S = {2, 3, 5, 7}
J ∩ S = J
c. J ∪ ∅ = {2, 3, 5, 7} ∪ { } (Ingat gabungan dua himpunan didapat dengan menggabungkan semua anggota kedua himpunan tersebut)
J ∪ ∅ = {2, 3, 5, 7}
J ∪ ∅ = J
d. J ∪ S = {2, 3, 5, 7} ∪ {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}
J ∪ S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}
J ∪ S = S


F. Idempoten



Sifat idempoten yang berlaku pada operasi irisan dan gabungan antara lain:
1. A ∩ A
2. A ∪ A

Contoh:

Diketahui K = {4, 5, 6}. Tentukan:
a. K ∩ K
b. K ∪ K

Penyelesaian:

a. K ∩ K = {4, 5, 6} ∩ {4, 5, 6} = {4, 5, 6}
K ∩ K = K
b. K ∪ K = {4, 5, 6} ∪ {4, 5, 6} = {4, 5, 6}
K ∪ K = K


G. Sifat Komplemen



Sifat komplemen pada operasi himpunan hanya berlaku untuk irisan dan gabungan.
1. A ∩ Ac = ∅
2. A ∪ Ac = S
3. (Ac )c = A
4. ∅c = S
5. Sc = ∅

Contoh:

Diketahui S = {2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11} dan L = {6, 8, 9, 10, 11}. Tentukan L ∩ Lc .

Penyelesaian:

Lc adalah semua anggota himpunan S yang bukan anggota himpunan bagian dari himpunan L, sehingga Lc = {2, 3, 4, 7}. Dengan demikian, diperoleh:
L ∩ Lc = {6, 8, 9, 10, 11} ∩ {2, 3, 4, 7}
L ∩ Lc = { }
L ∩ Lc = ∅
Jadi, L ∩ Lc = ∅.


H. Sifat Pengurangan



Operasi pengurangan pada himpunan tidak bersifat komutatif. Oleh karena operasi pengurangan tidak bersifat komutatif, maka tidak bersifat asosiatif maupun identitas yaitu:
1. A - B ≠ B - A
2. A - (B - C ) ≠ (A - B) - C
3. A - ∅ ≠ ∅ - A

Contoh:

Diketahui M = {a, b, c, d, e, f} dan N = {1, a, 2, b, 3, c}. Buktikan bahwa M - N ≠ N - M.

Penyelesaian:

M - N adalah himpunan yang anggotanya merupakan anggota dari himpunan M dan bukan anggota himpunan N.
M - N = {a, b, c, d, e, f} - {1, a, 2, b, 3, c}
M - N = {d, e, f}
N – M adalah himpunan yang anggotanya merupakan anggota dari himpunan N dan bukan anggota himpunan M.
N – M = {1, a, 2, b, 3, c} - {a, b, c, d, e, f}
N – M = {1, 2, 3}
Dengan demikian, terbukti bahwa M - N ≠ N – M.


I. Subset



Subset atau himpunan bagian adalah suatu himpunan yang merupakan bagian dari himpunan utama. Subset dinyatakan dengan lambang “⊂” tetapi jika bukan himpunan bagian dilambangkan dengan “⊄”. Banyaknya anggota himpunan bagian dari K dirumuskan: 2n(K)dengan n(K) merupakan banyaknya anggota himpunan K.

Contoh:

Jika diketahui O = {1, 4, 7}, maka tentukan banyaknya himpunan bagian O.

Penyelesaian:

Diketahui O = {1, 4, 7}, maka n(O) = 3
Banyaknya himpunan bagian O = 2n(O)
Banyaknya himpunan bagian O = 23 
Banyaknya himpunan bagian O = 8
Jadi, banyaknya anggota himpunan bagian dari O ada 8 yaitu { }, {1}, {4}, {7}, {1, 4}, {1, 7}, {4, 7}, {1, 4, 7}.


J. Absorption



Absorption adalah himpunan-himpunan yang bila dioperasikan akan terserap menjadi suatu himpunan tertentu. Absorption dirumuskan sebagai berikut:
A ∪ (A ∩ B) = A ∩ (A ∪ B) = A

Contoh:

Diketahui A = {1, 2, 3} dan B = {0, 3, 4, 5}. Buktikan bahwa A ∪ (A ∩ B) = A ∩ (A ∪ B) = A.

Penyelesaian:

Langkah pertama, kita buktikan dahulu bahwa A ∪ (A ∩ B) = A.
A ∩ B merupakan himpunan yang anggotanya terdapat di A dan B yaitu A ∩ B = {3}.
A ∪ (A ∩ B) = {1, 2, 3} ∪ {3}
A ∪ (A ∩ B) = {1, 2, 3}
A ∪ (A ∩ B) = A
Jadi, terbukti bahwa A ∪ (A ∩ B) = A.
Langkah berikutnya, kita buktikan bahwa A ∩ (A ∪ B) = A.
A ∪ B merupakan himpunan yang anggotanya merupakan gabungan semua anggota A dan B yaitu A ∪ B = {0, 1, 2, 3, 4, 5}.
A ∩ (A ∪ B) = {1, 2, 3} ∩ {0, 1, 2, 3, 4, 5}
A ∩ (A ∪ B) = {1, 2, 3}
A ∩ (A ∪ B) = A
Jadi, terbukti bahwa A ∩ (A ∪ B) = A.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa A ∪ (A ∩ B) = A ∩ (A ∪ B) = A.


K. Penghilangan



Jika A = B, maka A ∩ C = A ∩ B untuk C suatu himpunan.

Contoh:

Diketahui A = {k, l, m}, B = {k, l, m} dan C = {l, m, n, o}. Buktikan bahwa A ∩ C = A ∩ B.

Penyelesaian:

Langkah pertama, kita tentukan A ∩ C.
A ∩ C = {k, l, m} ∩ {l, m, n, o} = {l, m}
Langkah kedua, kita tentukan A ∩ B.
B ∩ C = {k, l, m} ∩ {l, m, n, o} = {l, m}
Dengan demikian, terbukti bahwa A ∩ C = B ∩ C untuk C suatu himpunan.


L. Dualitas



Prinsip dualitas berlaku bila kita menukar “∪” dengan “∩”, “S” dengan “∅”, dan sebaliknya. Pernyataan baru tersebut disebut dual dari pernyataan aslinya.

Contoh:

Diketahui pernyataan (A ∪ ∅) ∩ (S ∪ B) = A. Tentukan dual dari pernyataan tersebut.

Penyelesaian:

Dual dari pernyataan (A ∪ ∅) ∩ (S ∪ B) = A adalah (A ∩ S) ∪ (∅ ∩ B) = A.

baca juga Penjelasan Rumus Logika Matematika Dasar


Demikianlah pembahasan Sifat-Sifat Operasi Himpunan

mengenai Sifat-Sifat Operasi Himpunan, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan tentang materi matematika kali ini.

Anda sedang membaca artikel Sifat-Sifat Operasi Himpunan dan artikel ini url permalinknya adalah https://matematikapasti-bisa.blogspot.com/2016/01/sifat-sifat-operasi-himpunan.html Semoga artikel ini bisa bermanfaat.

0 Response to "Sifat-Sifat Operasi Himpunan"

Posting Komentar